
Kenapa Produksi Telur Ayam Menurun?
Produksi telur yang berkualitas tinggi sangatlah penting bagi peternak ayam petelur. Keberhasilan pencapaian produksi telur bisa dilihat dari 2 nilai yaitu nilai kuantitas / jumlah produksi (Hen day/HD) dan kualitas. Apabila jumlah produksi telur (kuantitas) tinggi tetapi memiliki kualitas telur yang rendah, maka telur tersebut tidak akan laku di pasaran. Begitu juga sebaliknya, jika kualitas telur bagus tetapi jumlah produksi telur rendah, maka peternak tetap akan mengalami kerugian.
Penyebab produksi ayam petelur menurun dapat dilihat dari 2 faktor utama, yaitu faktor infeksius (penyakit) dan faktor non-infeksius. Pada faktor infeksius, penyakit merupakan penyebab utama penurunan produksi telur pada ayam petelur. Penyakit-penyakit tersebut menyebabkan berbagai disfungsi organ yang secara langsung berhubungan dengan produksi telur, seperti organ pencernaan, pernapasan, saraf, dan reproduksi. Faktor non-infeksius juga dapat mempengaruhi produksi telur. Beberapa faktor non-infeksius yang dapat mempengaruhi produksi telur antara lain kualitas pullet yang kurang baik, kurangnya asupan pakan yang tepat, kurangnya ketersediaan air, pengaturan pencahayaan yang tidak tepat, dan faktor lingkungan seperti suhu yang tidak sesuai dan kelembaban yang tinggi.
1. Faktor non-infeksius
Faktor penyakit bukan satu-satunya penyebab menurunnya produksi telur, faktor non-infeksius juga bisa menjadi penentu turun atau tidaknya produksi telur. Beberapa faktor non-infeksius yang dapat mempengaruhi produksi telur yaitu :
- Kualitas Pullet
Kualitas pullet yang bagus sangat penting dalam mempertahankan produksi telur yang baik. Pullet yang bagus ditandai dengan keseragaman > 85% untuk berat badan, kerangka, dan sexual maturity. Pullet yang kurang berkualitas ditandai dengan berat badan dan keseragaman yang rendah, sehingga mengakibatkan ketidakseragaman awal produksi dan tidak seragamnya ukuran telur yang dihasilkan. Jika kualifikasi tersebut tidak terpenuhi, akan mengakibatkan ayam terlambat bertelur, produksi telur yang tidak maksimal, maupun persistensi produksi telur yang tinggi hanya berlangsung singkat.
- Pakan dan air
Kualitas pakan yang buruk menyebabkan kurang dan tidak seimbangnya nutrisi ransum bahkan bisa mengandung zat beracun (antinutrisi). Kualitas ransum yang baik memegang peran penting dalam produksi telur. Kurangnya asupan nutrisi pakan yang tepat akan mengakibatkan produksi telur menurun. Kecukupan air juga penting untuk menjaga kesehatan ayam. Ukuran dan berat telur dipengaruhi oleh kandungan protein yang dimiliki ayam. Agar ayam memiliki protein yang cukup, kamu bisa memberikan asam amino seperti methionine dan lysine, energi, lemak total dan asam lemak esensial seperti asam linoleat.
Selanjutnya, keseimbangan antara Ca dan P (fosfor) juga harus kamu perhatikan. Perbandingannya yang bagus adalah 5-6 : 1. Peranan Ca dan P saling berkaitan dan mempunyai hubungan untuk menunjang satu sama lain. Nutrisi yang juga penting untuk diperhatikan kadarnya dalam ransum adalah mineral garam atau NaCl. Kekurangan NaCl bisa menyebabkan bulu ayam rontok (mematuk ayam lain atau mematuk bulunya sendiri) atau mengalami penurunan nafsu makan. Kadar garam yang tepat untuk diberikan dalam ransum sebesar 0,3-0,4%.
- Manajemen pemeliharaan
Manajemen pemeliharaan adalah salah satu aspek yang krusial dalam menjaga kualitas dan jumlah produksi telur pada ayam petelur. Salah satu tindakan yang harus dilakukan adalah memperhatikan faktor pencahayaan yang memainkan peran penting dalam mengoptimalkan produksi telur. Ayam petelur yang sudah memasuki masa produksi telur membutuhkan kurang lebih 16 jam pencahayaan agar jumlah produksi tetap optimal. Selain itu, faktor pencahayaan saat masa pullet juga berhubungan erat dengan pencapaian berat, ukuran telur dan kematangan saluran reproduksi. Kematangan seksual yang terlalu dini atau terlambat juga dapat mempengaruhi ukuran telur yang dihasilkan oleh ayam.
Selain faktor pencahayaan, stres juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produksi telur pada ayam petelur. Stres yang biasa terjadi seperti stres akibat perubahan cuaca, pindah kandang, serangan parasit, dan perlakuan kasar dapat menyebabkan turunnya produksi telur. Stres yang ditimbulkan akibat suara gaduh atau perlakuan kasar dapat mempengaruhi proses pembentukkan kerabang telur pada ayam. Jika ayam mengalami stres yang berlebihan, proses pembentukkan kerabang telur tidak akan berlangsung dengan sempurna dan berpotensi menghasilkan telur yang tidak sehat atau abnormal.
2. Faktor Infeksius (penyakit)
Jenis penyakit yang sering menjadi buah bibir peternak ayam petelur antara lain :
- Newcastle Disease (ND)
Penurunan produksi telur dari penyakit ND bisa mencapai 9-60% tergantung dari status kekebalan. Fisik yang terlihat adalah telur pucat dan berukuran kecil atau biasa disebut sebagai pigeon egg. Gejala yang ditimbulkan adalah ayam tortikolis dengan perubahan anatomi memiliki peradangan pada proventrikulus, juga adanya payer patches pada usus, dan ovarium membubur.
- Avian Influenza (AI)
Virus AI memiliki 2 mekanisme dalam mengganggu organ reproduksi ayam. Pertama, dengan membendung pembuluh darah di ovarium. Kedua, permukaan ovarium menjadi rusak ketika budding exit atau keluarnya virus dari sel. Penyakit dengan High Pathogenic Avian Influenza (HPAI) menyebabkan penurunan produksi telur hingga 40%. Untuk Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) menyebabkan penurunan produksi telur hingga 40-50%. Angka kematian yang tinggi juga ditemukan pada kasus HPAI tunggal, sedangkan pada LPAI tunggal jarang ditemukan adanya kematian. Gejalanya memiliki ciri-ciri seperti jengger dan kaki kebiruan. Perubahan anatomi yang terlihat adalah dilatasi pembuluh darah otak, perdarahan pada jantung, otot, dan proventrikulus, ovarium membubur / perdarahan, dan ginjal bengkak.
- Infectious Bronchitis (IB)
Penurunan produksi telur akibat penyakit ini bisa mencapai 70%. Perubahan akan terlihat pada kerabang telur asimetris, kasar, tipis, pucat, putih telur encer, dan terdapat bloodspot pada kuning telur. Perubahan anatomi memiliki ciri-ciri seperti adanya peradangan pada bifurcatio trachealis-bronchus, ovarium membubur / lembek, kista oviduk, dan ginjal bengkak.
- Egg Drop Syndrome (EDS)
Penurunan produksi telur dari penyakit ini bisa mencapai 10-40% dengan ciri-ciri telur lembek/tanpa kerabang.
Penyakit diatas mempengaruhi kualitas telur dan bahkan dapat menghentikan produksi telur. Sebagai contoh, serangan virus AI menyebabkan telur kehilangan pigmen sehingga warna kerabang menjadi lebih pucat. Pada kasus serangan IB, ovarium tidak berkembang, lunak seperti bubur, berdarah, membengkak, dan lembek. Selain itu, penyakit EDS juga menyebabkan warna coklat pada kerabang telur hilang, diikuti dengan kerabang tipis, lembek, dan tanpa kerabang.
Cara Mengatasi Produksi Ayam Petelur Menurun
Untuk mengatasi masalah penurunan produksi yang berkaitan dengan faktor infeksius, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah pencegahan. Pencegahan dapat dilakukan dengan menerapkan program vaksinasi dan penerapan biosekuriti pada kandang ayam petelur. Dengan menerapkan program vaksinasi yang tepat, ayam petelur akan memiliki kekebalan tubuh yang lebih baik dan mampu melawan infeksi yang mungkin dapat mempengaruhi produksi telur. Selain itu, penerapan biosekuriti juga sangat penting untuk menghindari penyebaran penyakit antar ayam petelur dalam kandang. Biosekuriti dapat dilakukan dengan membatasi akses orang ke dalam kandang ayam, menggunakan perlengkapan dan peralatan khusus, serta menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitarnya.
Selain upaya pencegahan, monitoring titer antibodi terhadap ND, AI, EDS dan IB secara rutin juga dapat membantu mengatasi masalah produksi telur yang berkaitan dengan faktor infeksius. Monitoring titer antibodi akan membantu peternak mengetahui apakah ayam petelur telah memiliki kekebalan tubuh yang cukup untuk melawan penyakit tertentu atau tidak. Dalam mengatasi masalah produksi telur yang berkaitan dengan faktor infeksius, langkah-langkah pencegahan dan monitoring titer antibodi secara rutin sangat penting dilakukan. Dengan melakukan upaya tersebut, peternak akan dapat memastikan produksi telur ayam petelur tetap optimal dan kualitasnya tetap terjaga.
Untuk mengatasi masalah produksi telur yang berkaitan dengan faktor non-infeksius, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah memperbaiki manajemen pemeliharaan ayam petelur. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan kontrol berat badan secara rutin, mengatur program pencahayaan yang tepat, dan menciptakan kondisi yang nyaman selama masa pemeliharaan. Selain itu, perlu menyediakan air minum dan tempat minum dalam jumlah yang cukup, serta melakukan penyemprotan kandang dengan menggunakan desinfektan seperti Antisep atau Neo Antisep.
Dalam upaya mengoptimalkan produksi telur ayam petelur, perlu juga diperhatikan kebutuhan nutrisi ransum. Memberikan ransum dengan nutrisi yang sesuai kebutuhan ayam di tiap periode pemeliharaannya sangat penting untuk menjaga kesehatan ayam dan memaksimalkan produksi telur. Untuk mengatasi kekurangan kalsium, dapat ditambahkan grit (tepung kulit kerang) dalam ransum, selain itu perlu ditambahkan juga suplemen vitamin seperti Strong Egg atau Egg Stimulant. Egg Stimulant dapat mempercepat tercapainya produksi telur yang maksimal dan mempertahankan produksi telur tetap tinggi. Selain itu, suplementasi asam amino (methionine dan lysine) dapat menambah produksi dan berat telur. Aminovit dan Top Mix adalah beberapa jenis suplemen asam amino yang bisa diberikan pada ayam petelur.
Kesimpulan
Penurunan produksi telur pada ayam petelur bisa disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor infeksius maupun non-infeksius. Faktor infeksius seperti penyakit yang menyerang ayam petelur seperti Newcastle Disease, Avian Influenza, Infectious Bronchitis dan Egg Drop Syndrome, dapat mempengaruhi sistem reproduksi ayam petelur sehingga menyebabkan produksi telur menurun. Sementara itu, faktor non-infeksius seperti kualitas pullet, nutrisi yang kurang baik, lingkungan yang tidak nyaman, pemeliharaan yang tidak baik, juga dapat menyebabkan penurunan produksi telur.
Untuk mengatasi penurunan produksi telur, peternak perlu melakukan tindakan pencegahan yang tepat sesuai dengan faktor penyebabnya. Misalnya, dengan memperbaiki sanitasi kandang, memberikan nutrisi yang tepat, memperbaiki lingkungan kandang yang nyaman, memperbaiki sistem pemeliharaan, serta melakukan penggantian ayam petelur secara berkala. Dengan melakukan tindakan pencegahan yang tepat, maka produksi telur ayam petelur dapat dijaga dan ditingkatkan. Untuk mendapatkan konsultasi dan penanganan soal Produksi Telur secara cepat, hubungi Whatsapp Kami
Sumber Referensi
